HARI TARI DUNIA SEMAIKAN SPIRIT BERBUDAYA
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian yang menjadi salah itu ikon tersendiri sebagai
ciri khas negara indonesia. diantaranya seni tari tradisional yang merupakan aset budaya indonesia yang saat ini masih
dilestarikan dan dikembangkan sebagai identitas kebudayaan lokal, baik yang
muda maupun yang tua menggerakkan tubuh masing-masing untuk pergi lalu bertemu
dengan tubuh-tubuh lain hingga membentuk Jagad Semesta Tari. Terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia.
Tradisi tarian tradisional dan drama (teater) dilestarikan di berbagai sanggar dan
sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang
dijalankan pemerintah di masing-masing daerah. Itu semua adalah usaha dalam
melestarikan kekayaan budaya dan seni Indonesia agar tidak hilang atau bahkan
diakui oleh negara lain sebagai kebudayaan mereka.
29 April ditetapkan UNESCO sebagai “Hari Tari
Dunia” atau “World Dance Day” menjadi momen dimana warga dunia menampilkan
keindahan seni tari dari budayanya masing-masing. Ini dilatarbelakangi oleh
pelestarian budaya menari yang masih sangat minim sehingga ketertarikan warga
dalam menekuni seni tari masih sangat rendah. Terbentuknya Hari Tari Dunia ini
dapat menjadi wadah bagi warga dunia untuk mementaskan tari dari budayanya
masing-masing. Dengan begitu, harapan bagi semua generasi muda untuk dapat
terus melestarikan budaya melalui seni tari.
Surakarta sebagai salah satu kota budaya pun tidak
menyia-nyiakan momen emas ini, ratusan kelompok kesenian dengan ribuan
pendukung acara dari berbagai penjuru nusantara berkumpul pada satu titik Kota
Surakarta tepatnya di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI Surakarta) merupakan
satu-satunya lembaga seni yang menggelar pagelaran seni tari nusantara hingga
mancanegara terbesar se-Asia, 24 jam solo menari dalam rangka Hari Tari Dunia yang
digelar setahun sekali ini telah berlangsung 11 kali, momentum ini sebagai
ruang bagi proses kreativitas yang terus berkembang untuk upaya konservasi,
inovasi serta refleksi kesenian yang senantiasa akan selalu tumbuh dan
berkembang ditengah masyarakat. Dengan bertajuk “Menyemai Rasa, Semesta Raga”
sebagai pemahaman terhadap masyarakat tentang tari, seperti yang diulaskan
bapak Joko Aswoyo bahwa “Tari bukan hanya kegiatan fisik semata tetapi
kebutuhan manusia untuk menemukan keserasian dengan lingkungan guna
mempertahankan kesinambungan hidupnya”
Pagelaran 24 Jam Solo Menari mencoba membuka ruang
kepada para seniman, penari-penari dari berbagai daerah di Indonesia maupun
luar Indonesia untuk ikut serta merayakan Hari Tari Dunia. Lebih dari 3000 penari dari beragam komunitas dalam dan luar negeri mengisi acara
yang berlangsung selama dua hari, sekitar
8 orang empu atau maestro tari yang tampil di perayaan world dance day di solo
tahun ini. Para maestro saling berkolaborasi dalam pementasan tari di Pendhopo
Kampus ISI Surakarta. Mereka ingin
memberikan kontribusi terhadap seni tari yang telah membesarkan namanya.
ribuan penari sangat antusias menyambut acara 24 jam solo menari dengan
berbagai persiapan yang dilakukan dalam beberapa bulan sebelumnya. Usaha mereka,
para penari terbalaskan dengan membludaknya para penonton yang memadati lokasi
acara sejak awal pembukaan hingga akhir acara. Baik tua, muda dan anak-anak,
masyarakat lokal hingga mancanegara begitu antusias meski hujan sempat
mengguyur lokasi acara.
Serangkaian acara yang diselenggarakan dalam
acara 24 jam solo menari di Institut Seni Indonesia Surakarta tidak hanya
pertunjukkan seni tari saja, beberapa rangkaian acara lainnya seperti pameran
foto, screening film, seminar internasional, bazar dan penerbitan buku juga
disuguhkan dalam acara ini. Beberapa tari yang dipentaskan dari berbagai daerah
dalam negeri maupun luar antara lain : tari jaipong (jakarta), tari langko
cindo (palembang), tari serimpi pandelori (Surakarta Hadiningrat), tari badaya
ranca ekek (bandung) tari wiluyo kusumo joyo (Yogyakarta) dan china
conservatory of music (beijing cina) dan lain sebagainya.
Berbagai seni tari yang ditampilkan sangat unik dan menarik, acara
ini pun mendapatkan apresiasi dan dukungan yang sangat besar dari pemerintah
kota surakarta dan kementerian pariwisata indonesia atas kelancaran dan
suksesnya pagelaran 24 jam solo menari yang berlangsung 2 hari tanpa jeda. Secara
khusus sebagai event pariwisata, agenda tahunan ini telah menjadi salah satu
kegiatan yang menarik kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Dengan
diadakannya acara ini berharap kebudayaan di indonesia tidak punah dan terus
dilestarikan oleh generasi selanjutnya.
Sebagai peristiwa budaya momentum 11
tahun “24 Jam Solo Menari” menunjukkan kepada kita bahwa Indonesia adalah
negeri menawan dan indah penuh pesona, yang kaya akan keanekaragaman seni
budaya dari sabang sampai merauke bahkan dunia. Miris sekali sekarang ini
melihat betapa minimnya minat warga khususnya muda mudi indonesia di bidang
seni tari tradisional. Oleh karena itu perlu adanya penjagaan dan pelestarian
terhadap seni budaya khususnya tari tradisional melalui sanggar, sekolah seni
dan akademi seni yang digerakkan oleh pemerintah masing-masing daerah agar
tidak ditinggalkan hingga punah bahkan diakui negara lain sebagai salah satu
kebudayaannya.
I LOVE SOLO
I LOVE SOLO
Comments
Post a Comment